Manggarai,lenteranews.info -
Ditengah pilunya kisah Matias Masol (70), warga Dusun Mondo, Desa Robek, Kecamatan Reok, yang rumahnya sebagian roboh diterjang abrasi, muncul gelombang solidaritas dan harapan. Peristiwa yang terjadi pada Februari 2025 ini memang menyisakan duka, namun juga memicu semangat gotong royong dan tekad untuk bangkit kembali.
Meskipun belum ada bantuan konkret dari pemerintah desa pasca pendataan, keprihatinan mendalam ditunjukkan oleh sesama warga. Oliva Nul (56), tetangga Matias, menjadi salah satu suara yang lantang menyuarakan harapan akan adanya solusi. "Kami selaku tetangga, turut prihatin terhadap musibah itu. Sudah lama kami mengusulkan pembangunan tanggul penahan air laut di Dusun Mondo ini," ujarnya, menunjukkan kepedulian kolektif terhadap ancaman abrasi yang menghantui seluruh dusun.
Harapan akan pembangunan tanggul penahan air laut menjadi aspirasi bersama warga Mondo. Mereka menyadari bahwa solusi jangka panjang ini krusial untuk melindungi tidak hanya rumah Matias, tetapi juga seluruh permukiman di pesisir dari terjangan abrasi di masa depan. Usulan yang telah lama disampaikan ini kini kembali menguat pasca kejadian yang menimpa Matias, menjadi momentum bagi pemerintah desa untuk lebih serius mempertimbangkan dan memperjuangkannya.
Pernyataan Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Manggarai yang menekankan prosedur pelaporan dan pemeriksaan BPK, meskipun terkesan lambat bagi korban, dapat dipandang sebagai bagian dari upaya pengelolaan bantuan bencana yang akuntabel dan transparan. Proses yang terstruktur ini diharapkan dapat memastikan bahwa bantuan yang akan disalurkan nantinya tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan.
Kisah Matias Masol menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana di wilayah pesisir. Abrasi adalah fenomena alam yang sulit dihindari, namun dampaknya dapat diminimalisir melalui perencanaan tata ruang yang baik, pembangunan infrastruktur pelindung, dan peningkatan kesadaran masyarakat akan risiko bencana.
Ke depan, sinergi antara pemerintah desa, pemerintah kabupaten, dan partisipasi aktif masyarakat sangat dibutuhkan. Pemerintah desa diharapkan dapat segera menindaklanjuti laporan kerusakan dan mengadvokasi kebutuhan warganya kepada pemerintah kabupaten. Sementara itu, pemerintah kabupaten diharapkan dapat mempercepat proses verifikasi dan penyaluran bantuan, serta memprioritaskan pembangunan infrastruktur penahan abrasi di wilayah-wilayah rawan seperti Dusun Mondo.
Lebih dari sekadar membangun kembali rumah yang roboh, momentum ini diharapkan dapat menjadi awal dari upaya yang lebih komprehensif dalam melindungi masyarakat pesisir dari ancaman abrasi. Dengan semangat gotong royong, kesadaran akan pentingnya mitigasi, dan respons pemerintah yang cepat dan tepat, secercah harapan untuk masa depan yang lebih aman dan sejahtera bagi warga Dusun Mondo tetap menyala.
(Petrus Bota)