Manggarai,lenteranews.info -
Lasarus adalah seorang petani sederhana yang kini harus menghentikan semua aktivitasnya karena menderita penyakit mematikan: melanoma maligna, salah satu jenis kanker kulit yang agresif.
Kunjungan tersebut dilakukan oleh Polisi RW Heribertus Tena pada Senin, 7 April 2025 pukul 14.00 WITA.
Kunjungan ini bukan sekadar rutinitas, melainkan bagian dari kepedulian dan pendekatan humanis aparat kepolisian terhadap masyarakat yang sedang berjuang melawan penyakit berat.
Kehadiran Heribertus membawa harapan dan dukungan moril, di tengah perjuangan panjang keluarga Lasarus menghadapi tantangan pengobatan yang tidak murah.
Donasi dari Kitabisa Capai Ratusan Juta Rupiah dalam beberapa bulan terakhir, kisah Lasarus Mei menyentuh hati ribuan orang setelah penggalangan dana untuk pengobatannya dimuat di platform crowdfunding Kitabisa.com.
Hingga saat ini, total donasi yang berhasil dikumpulkan telah mencapai angka fantastis: Rp184.339.366, yang berasal dari 2.524 donatur di seluruh Indonesia.
"Jumlah ini adalah cerminan betapa banyak orang di luar sana yang peduli dan ingin membantu, meski tidak mengenal langsung Bapak Lasarus. Ini adalah bentuk solidaritas kemanusiaan yang sangat luar biasa," ungkap Heribertus Tena kepada media ini, Jumaat 11/04/2025 malam.
Dana yang terkumpul tidak langsung dicairkan sekaligus. Pihak Kitabisa.com akan menyalurkannya secara bertahap setiap bulan, sesuai ketentuan dan prosedur yang berlaku, untuk memastikan keberlanjutan pengobatan dan kebutuhan hidup Lasarus selama masa perawatan.
Kondisi Lasarus Mei: Melawan dalam Diam Saat dikunjungi, kondisi Lasarus cukup memprihatinkan. Tubuhnya tampak kurus, kulitnya menghitam di beberapa bagian, terutama di area punggung dan dada.
Ia hanya bisa terbaring lemah, sesekali tersenyum kecil menyambut tamu yang datang, meski suaranya nyaris tak terdengar.
"Ia sangat ingin sembuh. Harapan itu yang terus memelihara semangat hidupnya," ujar salah satu anggota keluarga yang menemani selama kunjungan berlangsung.
Melanoma maligna yang diderita Lasarus terbilang stadium lanjut. Penyakit ini bukan hanya membutuhkan pengobatan rutin, tetapi juga biaya yang tidak sedikit.
Rumah sakit rujukan utama untuk penanganan kasus ini berada di luar Flores, bahkan sebagian tindakan medis memerlukan pengobatan lanjutan di luar Nusa Tenggara Timur.
Heribertus Tena: Polisi RW Bukan Hanya Penjaga Keamanan, Tapi Juga Pelayan Kemanusiaan Heribertus Tena mengungkapkan bahwa kunjungan ini merupakan bagian dari pendekatan polisi dalam mengayomi masyarakat, khususnya dalam program Polisi RW yang bertugas membangun kedekatan dan kepedulian terhadap warga binaan.
"Polisi tidak hanya hadir saat ada kejahatan. Kami hadir dalam suka maupun duka masyarakat. Ketika ada warga yang sedang menghadapi situasi seperti ini, menjadi kewajiban moral bagi kami untuk hadir, mendengar, dan memberi semangat," kata Heribertus.
Ia juga berharap agar masyarakat sekitar tetap menjaga semangat gotong royong dan solidaritas terhadap sesama.
"Kepedulian tidak harus besar. Kehadiran, perhatian, dan doa adalah bentuk dukungan yang sangat berarti bagi keluarga ini," tambahnya.
Proses Penggalangan Dana: Dari Harapan Kecil Menjadi Gerakan Nasional awalnya, penggalangan dana untuk Lasarus Mei hanya dimaksudkan untuk membantu biaya pengobatan awal di Ruteng. Namun, setelah kondisi memburuk dan harus dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap, kebutuhan dana membengkak.
Maka, salah satu anggota keluarga menginisiasi kampanye di Kitabisa.com, yang kemudian menyebar luas di media sosial.
Tak disangka, hanya dalam waktu beberapa minggu, ribuan orang mulai berdonasi. Dukungan datang dari berbagai kalangan pelajar, karyawan, komunitas rohani, bahkan warga Indonesia yang tinggal di luar negeri. Komentar-komentar penyemangat pun membanjiri halaman kampanye.
“Saya tidak kenal Pak Lasarus, tapi saya tahu rasanya punya orang tua yang sakit parah. Semoga cepat sembuh dan Tuhan menyertai,” tulis salah satu donatur anonim di laman Kitabisa.
Harapan Ke Depan: Pendampingan Terus Dilakukan
Setelah kunjungan tersebut, Heribertus menegaskan bahwa pihaknya akan terus melakukan pemantauan terhadap kondisi Lasarus, termasuk memastikan bahwa proses pencairan dana dari platform Kitabisa berjalan sesuai rencana.
“Kami akan terus berkoordinasi dengan pihak keluarga dan jika ada kendala dalam proses administrasi atau rujukan rumah sakit, kami siap membantu menjembatani,” tegasnya.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk tidak mudah terpengaruh oleh informasi hoaks terkait donasi online.
“Dalam kasus Pak Lasarus ini, kita bisa belajar bahwa donasi digital bisa menjadi jembatan harapan. Tapi tetap harus dilakukan dengan transparan, jujur, dan hati-hati,” jelas Heribertus.
Kekuatan Solidaritas: Pelajaran dari Kasus Lasarus Mei
Kisah Lasarus Mei bukan hanya tentang perjuangan melawan kanker. Lebih dari itu, ia adalah gambaran nyata bahwa di tengah kerasnya hidup, masih banyak hati yang lembut dan tangan-tangan dermawan yang rela berbagi.
Masyarakat Manggarai dan Indonesia pada umumnya menunjukkan bahwa nilai-nilai solidaritas dan kemanusiaan masih sangat hidup.
Bagi Heribertus Tena, kunjungan ini mengajarkan satu hal penting:
“Menjadi aparat keamanan bukan hanya soal menegakkan hukum, tapi juga soal menegakkan nilai-nilai kemanusiaan.”
Di tengah keterbatasan dan kesakitan, Lasarus Mei tetap menyimpan harapan.
Harapan akan kesembuhan, harapan akan kehidupan yang lebih baik, dan harapan bahwa suatu hari nanti ia bisa kembali bertani, kembali menjadi kepala keluarga yang sehat, dan kembali menjalani hari-hari tanpa rasa sakit.
Dan untuk semua yang telah berdonasi, kisah ini adalah bukti nyata bahwa kebaikan yang kita berikan, sekecil apa pun, bisa menjadi cahaya bagi mereka yang sedang berjalan dalam gelap.
Reporter: Eventius Suparno